[Latest News][6]

Media Islam

Bahaya dan larangan membuka aib atau dosa orang lain

Terkadang tersedia saudara kita yang laksanakan dosa atau maksiat, maka jadi bahan pembicaraan atau ghibah. Lepas mampu jadi pelaku dosa yang udah bertaubat berasal dari dosa tersebut. Mau perihal ini, mari kita menyimak beberapa ulama, yakni orang yang menjelek-jelekkan saudaranya yang udah bertaubat berasal dari dosa, mampu jadi dia bakal laksanakan dosa tersebut. [1]

Misalnya tersedia teman kita yang ketahuan selingkuh atau berzina, maka kita pun heboh rasanya jadi mencelainya jadi terlampau banyak berkomentar bersama menerka-nerka saja. Hal perihal ini dilakukan, sikap muslim adalah diam, menasehati bersama cara empat mata, dan menghendaki baik pada saudaranya lebih-lebih dahulu.

Syaikh Al-Mubarakfede menjelaskan, mampu jadi ia terjerumus dalam dosa yang sama sebab tersedia segi takjub pada diri sendiri, sombong dan mensucikan diri. Seolah dia bilang kamu kok mampu terjerumus dalam maksiat / dosa itu, lihatlah aku, sulit terjerumus dalam dosa itu . Tentu ini bentuk kesombongan yang terlampau dan terlampau merendahkan orang lain. Dia mengatakan,

يجازى بسلب التوفيق حتى يرتكب ما عير أخاه به وذاك إذا صحبه إعجابه بنفسه لسلامته مما عير به أخاه.

"Dibalas bersama memberikannya jalan hingga ia bakal laksanakan maksiat yang dia cela yang dilakukan oleh saudaranya. Hal berikut sebab ia sombong / takjub bersama dirinya sendiri sebab ia mulai selamat berasal dari dosa tersebut. "[2]

Demikian terhitung Ibnul Qayyim menjelaskan menjelek-jelekkan saudaranya yang udah laksanakan dosa, maka mampu jadi dia bakal laksanakan dosa tersebut.

وكل معصية عيرت بها أخاك فهي إليك يحتمل أن يريد به أنها صائرة إليك ولا بد أن تعملها

"Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu bakal ulang padamu. Maksudnya, kita mampu dipastikan laksanakan dosa tersebut. "[3]

Beliau mengalami penjelasan dosa yang udah laksanakan dosa itu lebih besar berasal dari dosa itu yang dilakukan oleh saudaranya. Dia mengatakan,

أن تعييرك لأخيك بانبه أعظم إثما من ذنبه وأشد من العربية

"Engkau mencela saudaramu yang laksanakan dosa, ini lebih besar dosanya berasal dari dosa yang dilakukan saudaramu dan maksiat yabg lebih besar, sebab menghalau ketaatan dan mulai mereka suci." [4]

Para ulama udah mengingatkan perihal ini, lebih-lebih mereka orang yang terlampau berhati-hati dan cemas kepada Allah. Seorang ulama Ibrahim An-Nakha'i mengatakan,

"إني لأرى الشيء أكرهه, فما يمنعني أن أتكلم فيه إلا مخافة أن أبتلى بمثله".

"Aku melihat suatu hal yang aku tidak suka, tidak tersedia yang menahanku untuk berkomentar dan salingnya sebab aku cemas aku yang bakal ditimpakan cocok dikemudian hari." [5]

Hasan Al Basri mengatakan,

كانوا يقولون من رمي أخاه بذنب قد تاب إلى الله منه لم يمت حتى يبتليه الله به

"Para sobat dan tabi'in punya konsep, barang siapa yang mencela saudaranya, sebab dosa-dosanya, saat saudaranya itu udah bertaubat kepada Allāh, maka si pencela tidak bakal tersedia dunia jika dia bakal mengalami dosa saudaranya tersebut." [6]

Semoga kita mampu menjaga lisan kita sebab lisan terlampau beresiko jika tidak terkontrol.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Orang-orang

"Sesungguhnya tersedia seseorang yang berkata bersama satu kalimat, ia tidak menganggapnya berbahaya; bersama sebab satu kalimat itu ia terjungkal selama tujuh puluh tahun di dalam neraka. "[7]

Jika kita mampu menjaga lisan, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bakal menanggung surga bagi kita. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

من يضمن لي ما بين لحييه وما بين رجليه أضمن له الجنة

" Barang siapa yang menanggung untukku apa yang tersedia di pada dua rahangnya dan apa yang tersedia di pada dua kaki, niscaya aku menanggung surga ." [8]

About Author XXPC

when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search